: Wildan Haidar
Belum saatnya, nak
meninju dan menyepak bapak
sekeras apa pun kepalmu
yang kau tinju itu dinding
goa tentram tempat kau di eram
segeram ingin mu menyepak
yang kau sepak hanyalah karang
hulu dari darah dan airmata mengalir
mengapa kau tak bisa diam, nak
bergerak di antara awan teduh
jumpalitan di bawah dedaun nan rimbun
tempat mu yang redup itu fana
sebentar, kau akan lihat hujan dan kemarau
belum saatnya, nak
menimba segala persoalan
bebas bukan berarti sejadinya
kagak puguh lagu di dataran rimba
nikmati pelan-pelan segarnya
dari sumber tempat biasa kita berkaca
– bapak dan ibu mu tak perlu lagi menyangka
semua sudah tercerna
yang bebas bergerak itu pemuda –
pagi ini,
di cuaca teduh
di bawah alang-alang kita menderum
tinju dan sepaklah bapak
sembari menangkap aroma muka
: cara berkuasa
1372012
Tulisannya sangat menyentuh, bravo mas!
LikeLike
Waah, terima kasih mbak..tulisan2 mbak juga saya suka. terus menulis!
LikeLike
dan juga inspiratif… lanjutkan!!!
LikeLike