Tai babal
1/
Akan ku lukis tipis,
tepat ditempat kumis masih kelimis.
Tentu kamu lupa aku
yang jatuh
berabu tanpa api
gosong
jadi humus tampan mu
lupakah kamu?
ditiap cermin
kini ku gagahi kamu
2/
Aku yang lahir getir
penawar airmata dikubangan mataair
aku yang masih kecil
mampu meladeni kecipak lidah mu
dimana getirnya?
Sejak bibir digincu merah
leleh liur lebih tampak merekah
dimana getirnya?
bila ditiap cermin
ujung hidungmu mengunyam pedas
dan pipipipimu menyungging asam
Gori
Aku yang dilupakan
remah dilahap zaman
liur tiap hidangan
aku yang dilupakan
getir di bibirbibir moyang mu
penawar kata ketus mu
aku yang sekarang rindu
mengulum bengis kumis dan gincu merah mu
mengecap liur kecipak lidah mu
apakah kau lupa?
dulu sambil duduk bersila
kita mandi bersama
Cecek
Ini bukan getir hidup ku
di nikmati sanasini
antar desa antar daerah
di gagahi gonogini
antar kota antar provinsi
sebut moyang mu tukang jarah
tak henti menjamah di zaman susah
dalam keranjang sepeda kumbang
dan liuk temaram obor
di jaja aku pada tiap orang kota yang lewat
ini bukan getir mati ku
pada masa muda
kau jarah perawan ku
demi hidup yang gagah
kau cabik-cabik
mutilasi tubuh ku
jika saat berkumpul tiba
kau syukuri jasad ku
dengan mencium kening istri mu
Nangka
1/
Bersila berarti bahagia
di bale pelupuh belakang rumah
tanpa gerah dan airmata
tubuh tambun ini pasrah
2/
Tepat di dada ini kau koyak
tubuhku kau anggap musuh
tanpa baju zirah
melahap jantung ku
3/
Aku ini ibu,
yang penuh luka
menyusui mulutmulut bengis mu
menahan nyinyir ciplak lidah getir
disamping borok perut ku
Aku ini ibu,
ibu satu susu tumpah darah mu
mengasuh kunyah kalem leleh gincu
mengangon sungging tipis kumis menari
di atas tanah subur moyang mu
Untuk mu,
lukaku utuh
pada tiap puting
pada tiap kantung rahim janin ku
kelak,
akan jadi negara anak cucu mu.
Bulan Mei 2012
cadas!!!
diksi yang hebat, lugas, penuh emosi, menjerat pikir.
mantab sobat.. lanjutkan!!
salam.
LikeLike
terima kasih kawan….terus berkarya,,,,salam.
LikeLike
Konyol, lugas, penuh makna.. Ane suka dah mas bro, terus berkarya sobat 🙂
LikeLike
hahaha…begitu ya kawan? seneng dengernya kesimpulan semacam ini…makasih ya kawan….yup,terus lah menulis 😉
LikeLike
ketawa tapi bisa diresapi artinya,, wkwkw
LikeLike
hehehe…makasih bung jaka 😉
LikeLike
Sedalam inikah bencimu pada ‘mereka’?
Salut untuk nuranimu.
LikeLike
hehehe….maksudnya tidak bermaksud apa2…tapi kalo akhirnya menjadi maksud tertentu…saya senang2 aja 😉 makasih kawan….
LikeLike
Reblogged this on Jendela kata and commented:
curhat nurani yang dalam dari seorang kawan.
LikeLike
makasih jg udh reblog sekedar curhat ini…..salam,
LikeLike
keren abiz. kapan ya bisa nulis gini? hihihi ….
LikeLike
hehehe….bisa aja nih om pam. justeru saya menyukai tulisan2 anda. sebut saja ‘akulah laki-laki itu’…wiiih….sedap dilahapnya..hehhe…
LikeLike
komentar kayak gini nih, yang bikin tangan mendadak gatel pengen nulis lagi. hihihihi ….
LikeLike
hahaha…gatel di tangan, gatel di kepala…pokoknya terus nulis….
LikeLike